Saat Aku Memulai
Bismillah…
Ukhty…
Saat aku mulai melihat segerombolan semut-semut dipekarangan
rumahmu,
Aku hendak menemuimu, memperingatkanmu untuk berhati-hati agar
semut itu jangan sampai masuk kerumahmu dan membuatmu susah.
Namun, saat kakiku mulai melangkah, aku kemudian berfikir lagi,
aku membuka kedua mataku lalu memandang disekeliling rumahku. Aku kemudian
tersadar bahwa ternyata disekitar rumahku bukan hanya ada semut-semut kecil
yang memungkin kan untuk bisa masuk kerumahku.
Disini, disekeliling rumahku, ada tikus-tikus nakal yang harus nya
segera ku usir.
Disini juga ada ular-ular berbisa yang kapan saja siap
mengginggitku.
Disini ada segerombolan gajah yang siap merusak pekarangan
rumahku.
Dibelakang rumahku, masih dipenuhi rumput-rumput, ilalang, semak
belukar yang harusnya segera aku siangi agar tak mengganggu.
Aku kemudian menghentikan
langkahku ukhty…aku berdiri disini menatap rumahmu dalam diamku. Aku
ingat, sejak kebersamaan kita dihari itu, aku tau kau membawa bibit bunga dan
tanaman yang banyak, kemudian kau menanamnya disekeliling rumahmu.
Dalam kebersamaan kita selanjutnya ukhty ….aku tau bahwa kau
sangat rajin membersihkan rumput-rumput yang tumbuh dipekaranganmu agar ia tak
mengganggu tanaman yang engkau tanam. Kau pun
rajin menyiram tanaman mu itu agar tumbuh subur dan bibit-bibit bunga
itu pun terus tumbuh dan berbunga, warna-warni nan indah. Hampir disetiap hari
pekaranganmu dihampiri kupu-kupu yang indah dan capung yang berterbangan kesana
kemari. Aku melihatmu begitu bahagia,,,,
Dan aku….? Aku dan kamu kala itu membawa mimpi yang sama.
Memperindah rumah kita dengan taman bunga penuh warna dan kehijauan yang
menyejukkan panca indera…
Namun ternyata, aku
membawa bibit yang salah. Dan kala itu
aku tak menyadarinya. Hingga aku tetap menanamnya dipekaranganku. Tanaman itu
tumbuh seiring waktu, namun ia bukan bunga warna-warni tapi tanaman berduri
yang bisa saja melukaiku. Ia juga bukan tanaman hijau yang menyejukkan
melainkan tanaman beracun yang dapat membahayakan.
Waktu terus berlalu, dari hari itu sampai pada hari ini.
Rumput-rumput tumbuh subur dipekarangan dan sekeliling rumahku, bahkan ilalang,
tunas-tunas yang kemudian menjadi semak-semak karena aku tak sering
menyempatkan diri untuk membersihkannya.
Ukhty…aku kemudian terpaku….aku masih berdiri disini, menatap
rumahmu dari tempat aku berdiri. Rumahmu Indah ukhty….namun rumahku tak bisa
kukatakan begitu. Akhirnya aku putuskan untuk mengurungkan niatku menemuimu,
karena aku fikir semut-semut itu tak akan terlalu mengganggmu. Kau lebih dari
pada bisa untuk mengatasinya. Kekhawatiranku seharusnya tak berlebihan.
Dalam renunganku, aku kemudian mengerti bahwa segerombolan
semut-semut dipekarangan rumahmu yang nampak jelas dipandanganku adalah cara
Allah untuk menyapaku, agar aku ingat dan mau memandang ke sekeliling rumahku
bahwa disini aku masih punya begitu banyak pekerjaan rumah. Aku berusaha dan
terus mencoba berprasangka baik pada Allah yang Maha Adil…bahwa Dia punya cara
tersendiri untuk membaikkan aku…
Aku kemudian tergugu dan menangis,,,,sesekali aku merasa lemas
tak berdaya. Tak lagi punya kekuatan untuk berjalan, bahkan sekedar untuk
merangkak dan berteriak. Tapi satu hal, bahwa aku tak penah membunuh harapanku,
seburuk apapun kondisiku kala itu. Begitulah aku. Tak berlebihan jika aku
dikatakan tak tau malu…tapi memang begitulah aku. Aku bertahan dalam rasa yang
hampir putus asa. Celah harapan ku terasa masih sedikit lagi, tapi aku memang
tak pernah benar-benar membuangnya. Karena ia adalah satu-satu nya alasan aku
bertahan dan hidup.
Dalam kecilnya celah harapan itu, aku selalu mengatakan pada
diriku sendiri, meyakini dalam sesaknya dadaku, bahwa aku akan mampu mencari
bibit-bibit baru untuk kembali aku tanam dipekaranganku. Mengganti tanaman yang
berduri dan beracun dengan bunga-bunga indah yang wangi. Aku bisa menggantikan
semak-semak yang mengganggu dengan tanaman-tanaman hijau yang mempesona. Aku
bisa mengusir hama-hama dan binatang-binatang berbisa itu dan menggantinya dengan
ribuan kupu-kupu yang indah menghiasi taman ku.
Memang tak mudah, namun aku pasti bisa. Karena harapan itu cukup
bagiku untuk memulai bangkit dan
berlari.
Karena, Diujung jalan sana sudah ada ayah yang menantiku dengan
penuh pengharapan dan rasa bangga…
Karena, disana sudah ada ibu yang mengulurkan tangannya, menanti
kedatanganku untuk menyambutnya…
Disana juga, ada kedua adikku dan seorang kakak yang aku sayangi.
Mereka semua menanti kedatanganku. Mereka semua menaruh harapannya
masing-masing kepadaku.
Dan karena, Allah sudah membuatku melangkah sampai sejauh ini,,,,maka
aku tak boleh mundur selangkahpun.
Memang, masa sudah begitu banyak berlalu, musim semi telah
terlewati beberapa kali tanpa aku sadari. Tapi yang aku tau, sampai detik ini
aku masih diberi kesempatan. Mungkin untuk yang kesekian kalinya, sekali lagi
dengan tanpa aku sadari bahwa banyak momentum berharga yang sudah aku
palingkan.
Tapi,,,,aku tak akan pernah menoleh kebelakang lagi kecuali hanya
untuk belajar dan introspeksi. Setelahnya, aku tak pernah menangasi masa lalu
lagi. Karena bibit-bibit sudah siap untuk ditanam. Dan lahan-lahan itu sudah
saatnya untuk diolah.
Aku harus bisa mengencangkan ikat pinggang, menguatkan kedua
kakiku, mengepalkan kedua tanganku, dan menyiapkan punggung dan bahu ku untuk
memikul beban yang tak ringan.
25 tahun bukan lagi usia remaja. Proses pencarian jati diri
harusnya sudah cukup. Terdidik selama kurang lebih 5 tahun, harusnya mampu membuatku
memahami lebih banyak tentang liku-liku perjuangan ini. Menangis sudah tak
terhitung berapa ratus bahkan beribu kali, harusnya mampu menghidupkan hati.
Mampu keluar dari masalah-masalah yang tak kecil, harusnya mampu menempa diri
menjadi dewasa dalam berfikir, bertindak dan membuat keputusan…
Bila yakin dengan Allah, harusnya memang tak ragu lagi….karena
tak ada keragu-raguan dalam keyakinan…
Maka, inilah aku ukhty….seseorang yang dipersaudarakan Allah denganmu
dan kemudian mengikatkan nya dalam ikatan yang disebuat ukhuwah, seseorang yang
mungkin tak engkau kenali dan juga tak mengenalimu dengan sebenarnya. Ini lah
aku ukhty…mulai hari ini, setiap hariku adalah MEMULAI…untuk PERBAIKAN.
Palembang,
16 Mei 2012
Kala
aku merasa aku harus memulai.
Memulai melihat diriku yang berharga, dan memulai untuk berlari…
MELIYA
_HAMASAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar